5 Materi Potensial
Miskonsepsi dari Topik 1: Analisis Capaian Pembelajaran dan Pengembangan Tujuan
Pembelajaran
TOPIK 1
1. Hubungan antara Capaian Pembelajaran (CP)
dan Tujuan Pembelajaran (TP)
Miskonsepsi: Banyak mahasiswa PPG menganggap Capaian Pembelajaran
(CP) dan Tujuan Pembelajaran (TP) adalah hal yang sama atau tidak memahami
bahwa CP adalah kompetensi yang lebih luas yang diuraikan menjadi TP yang lebih
operasional. Sebagian mungkin berpikir bahwa CP dapat langsung digunakan
sebagai TP tanpa proses analisis atau penguraian.
Penjelasan dan Solusi: CP adalah kompetensi yang harus dicapai peserta
didik pada akhir fase pembelajaran, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
sikap, sedangkan TP adalah langkah-langkah operasional yang dirancang untuk
mencapai CP dalam periode tertentu. Miskonsepsi ini dapat diatasi dengan
melatih mahasiswa untuk menganalisis CP menggunakan Lembar Kerja (LK) 1.2, yang
meminta mereka memetakan elemen CP ke TP. Contohnya, untuk CP “Peserta didik
mampu memahami konsep Al-Qur’an sebagai wahyu,” TP dapat dirumuskan sebagai
“Peserta didik dapat menjelaskan perbedaan Al-Qur’an dan wahyu lainnya.”
Latihan ini membantu memahami hubungan hierarkis antara CP dan TP. Selain itu,
diskusi kelompok dengan fasilitator dapat memperjelas bahwa CP bersifat jangka
panjang, sementara TP bersifat spesifik dan terukur.
2. Penyusunan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
dengan Berbagai Metode
Miskonsepsi: Mahasiswa mungkin menganggap bahwa semua
metode penyusunan ATP (konkret ke abstrak, deduktif, mudah ke sulit, hierarki
keilmuan, prosedural, scaffolding) dapat diterapkan secara seragam tanpa
mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran atau kebutuhan peserta didik.
Misalnya, metode “mudah ke sulit” sering dianggap sebagai satu-satunya
pendekatan yang efektif, sehingga metode lain diabaikan.
Penjelasan dan Solusi: Setiap metode ATP memiliki konteks penerapan yang
berbeda. Misalnya, metode “konkret ke abstrak” cocok untuk mata pelajaran
seperti Bahasa Arab, di mana peserta didik belajar menulis jumlah ismiyah
sebelum menganalisis fungsinya, sedangkan metode “hierarki keilmuan” lebih
relevan untuk Fikih, seperti mempelajari thaharah sebelum shalat. Untuk
mengatasi miskonsepsi, mahasiswa perlu dilatih melalui LK 1.3 untuk menyusun
ATP dengan metode yang berbeda dan mendiskusikan kecocokan metode dengan mata
pelajaran tertentu. Simulasi penyusunan ATP untuk berbagai mata pelajaran
(misalnya, Akidah Akhlak, Matematika, atau Bahasa Arab) dapat membantu memahami
fleksibilitas dan konteks metode.
https://drive.google.com/file/d/1Fn-ewyCkzenPJHFTI3LYSnGaGQTuI53h/view?usp=sharing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar